Powered By Blogger

Kamis, 09 Januari 2014

PLASENTA PREVIA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikatorpenilaian status kesehatan. Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan diseluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal setiap tahun saat hamil atau bersalin, artinya setiap menit ada satu perempuan yang meninggal. Di indonesia menurut survey demografi kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2009, angka kematian ibu (AKI) 390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di sumatera barat 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Menurut kementrian kesehatan RI tahun 2010, tiga faktor utama kesehatan ibu melahirkan adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%. Padasebuah laporan oleh chikaki, dkk disebutkan perdarahan obstetrik yang sampai menyebabkan kematian maternal terdiri atas solusio plasenta 19%, koagulopati 14%, robekan jalan lahir termasuk ruptur uteri 16%, plasenta previa 7% dan plasenta akreta atau inkreta dan perkreta 6% dan atonia uteri. (Prawirohardjo, Sarwono. 2009)
Kasus perdarahan sebagai penyebab utama kematian ibu dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan dan masa nifas. Salah satu penyebab perdarahan tersebut adalah plasenta previa yaitu plasenta yang berimplementasi pada segmen bawah rahim (SBR) sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum (OUI). Pada beberaparumah sakit umum pemerintah angka kejadian plasenta previa berkisar 1,7% sampai 2,9%, sedangkan di negara maju kejadiannya lebih rendah yaitu <1%. (Prawirohardjo, Sarwono. 2008).
Penyebab terjadinya plasenta previa secara pasti sulit ditentukan namun ada beberapa faktor yang meningkatkan terjadinya plasenta previa seperti jarak kehamilan, paritas tinggi dan usia diatas 35 tahun (Prawirohardjo, Sarwono. 2008). Menurut hasul penelitian wardana (2007), plasenta terjadi 1,3 lebih sering pada ibu yang sudah beberapa kali melahirkan (multipara) dari pada ibu yang baru pertama kali melahirkan (primipara). Semakin tua umur ibu maka kemungkinan untuk mendapatkan plasenta previa lebih besar. Pada ibu yang melahirkan dalam usia >40 tahun berisiko 2,6 kali untuk terjadinya plasenta previa.
(Santoso. 2006). Plasenta previa juga sering terjadi pada kehamilan ganda dari pada kehamilan tunggal. Uterus yang cacat ikut mempertinggi angka kejadiannya. Ibu yang mempunyai riwayat secsio  sesaria minimal satu kali mempunyai resiko 2,6 kali untuk menjadi plasenta previa pada kehamilan selanjutnya. (Santoso, 2008)
1.2  Tinjauan Penulisan
1.2.1        Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan asuhan kebidanan pada persalinan patologis dengan plasenta previa melalui pendekatan pola pikir manajemen asuhan kebidanan secara komprehensif dan mendokumentasikannya dalam bentuk soap.
1.2.2        Tujuan Khusus
a.       Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada persalinan dengan plasenta previa.
b.      Masiswa mampu menegakkan diagnosa, masalah, sertamenentukan kebutuhan pasien berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan
c.       Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial yang mungkin akan terjadi
d.      Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
e.       Mahasiswa mampu merencanakan asuhan sesuai dengan diagnosa, masalah dan kebutuhan klien
f.       Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan yang telah direncanakan baik secara mandiri, kolaborasi, rujuakan
g.      Mahasiswa mampu menevaluasi hasil asuhan yang telah dilakukan
h.      Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan yang dilakukan dalam bentuk soap
1.3  Manfaan Penulisan
1.3.1          Bagi Penulis
                  Dapat meningkatkan pengetahuan atau keterampilan dan dapat mengaplikasikan ilmu dalam penerapan manajemen asuhan kebidanan dengan pendikumentasian soap untu asuhan persalinan dengan plasenta previa.
1.3.2    Bagi Institusi Pendidikan
                 Sebagai bahan masukan bagi institusi, khususnya di STIkes Mercubaktijaya Padang dalam meningkatkan wawasan mahasiswa mengenai asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan plasenta previa.
1.4  Ruang Lingkup
Tuang lingkup studi kasus ini adalah mengetahui asuhan kebidanan pada “Ny. T” G2P1A0H0 dengan plasenta previa di RSUD tahun 2013.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Konsep Dasar Plasenta Previa
       2.1.1 Pengrtian Plasenta Previa
                        Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim (SBR) sehingga menutupi sebagian atau seluruh permukaan jalan lahir (Ostium uteri Internum) dan oleh karenanya bagianterendah sering kali terkendala memasuki pintu atas panggu (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam lahir. Pada keadaan normal plasenta umumnya terletak di corpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus uteri. (Prawirohardjo, 2008)
                        Sejalan dengan bertambah besarnya segmen bawah rahim (SBR) ke arah proksimalme mungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim (SBR) ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim (SBR) seolah plasenta tersebut berimigrasi. Ostium Uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala Ibisa mengubah luas permukaan serviks yang tertutup oleh plasenta. (Prawirohardjo, 2009)
       2.1.2 Klasifikasi Plasenta Previa
                        Belum ada kata sepakat diantara para ahli, terutama mengenai beberapa pembukaan jalan lahir. Oleh karena pembagian tidak didasarkan pada keadaan anatomi,melainkan pada keadaan fisiologi yang dapat berubah-ubah, maka klasifikasi akan berubah setiap waktu. Misalnya pada pembukaan yang masih kecil, seluruh permukaan ditutupi oleh jaringan plasenta (plasenta previa totalis), namun pada pembukaan yang lebih besar, keadaan ini akan menjadi plasenta previa lateralis.
                        Menurut Patrick (2009), plasenta previa dibagi menjadi beberapa jenis :
1.      Plasenta previa totalis
Plasenta previa totalis yaitu ostium uteri internum tertutup seluruhnya oleh plasenta.
2.      Plasenta previa parsialis
Plasenta previa parsialis yaitu ostium uteru internum tertutup sebagian oleh plasenta.
3.      Plasenta previa marginalis
Plasenta previa marginalis yaitu pinggir bawah plasenta sampai pada pinggir ostium uteri internum
4.      Plasenta previa letak rendah
Plasenta previa letak rendah yaitu terjadi jika plasenta tertanam di segmen bawah uterus.
                 Menurut De Snoo, plasenta previa dibagi berdasarkan pada pembukaan 4-5 cm :
1.      Plasenta previa sentralis (totalis)
bila pada pembukaan 4-5 cm terapa plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum
2.      Plasenta previa lateralis
bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan ditutupi oleh plasenta.
plasenta previa lateralis dibagi menjadi 2, yaitu :
1)      Plasentalateralis posterior
bila sebagian menutupi ostium bagian belakang
2)      Plasenta previa lateralis anterior
bila menutupi ostium bagian depan
3)      Plasenta previa marginalis
bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang ditutupi plasenta (norma, dkk. 2013)
                 Menurut Brown, klasifikasi plasenta previa dibagi menjadi :
1.      Tingkat I : Lateral Plasenta Previa
pinggir bawah plasenta berinserasi sampai ke segmen bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir pembukaan.
2.      Tingkat II : Marginal Plasenta Previa
plasenta mencapai pinggir pembukaan (ostium)
3.      Tingkat III : complete plasenta previa
plasenta menutupi ostium waktu tertutup, dan tidak menutupi bila pembukaan hampir lengkap.
4.      Tingkat IV : central plasenta previa
plasenta menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkap. (sofian, 2012)
                 Dari semua klasifikasi plasenta previa, frekuensi plasenta previa totalis sebesar 20-45%, plasenta previa parsialis 30%, plasenta previa marginalis 25-50%. (Anurugo. 2008)
2.1.3  Etiologi Plasenta Previa
                        Etiologi plasenta previa belum diketahui secara pasti. Frekuensi plasenta previa meningkat pada grande multipara, primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas aborsi, kelainan janin, dan leioma uteri. Penyebab secara pasti belum diketahui dengan jelas. Menurut beberapa ahli penyebab plasenta previa yaitu :
1.      Plasenta previa merupakan implementasi di segmen bawah rahim dapat disebabkan oleh endometrium di fundus uteri belum siap menerima implanmtasi, endometrium yang tipis sehingga diberpulakan perluasan plasenta untuk mampu memberikan nutrisi pada janin dan vili korealis pada chorion leave yang persisten.
2.      Etiologi plasenta previa belum diketahui pasti namun meningkat pada grande multi para, primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas operasi dan leiomioma uteri. (norma, dkk. 2013)
                 Menurut Sofian (2012), penyebab plasenta previa yaitu :
1.      Endometrium yang inferior
2.      Chorion leave yang persesiten
3.      Korpus luteum yang bereaksi lambat
                        Strassman mengatakan bahwa faktor terpenting adalah vaskularisasi yang kurang pada desidua yang menyebabkan atrofi dan peradangan, sedangkan Brown menekankan bahwa faktor terpenting ialah vili korealis persisten pada desidua kapsularis.
2.1.4   Faktor Resiko Plasenta Previa
                        Menurut Mochtar yang dikutup pada buku Norma (2013), ada beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan plasenta previa, diantaranya :
1.      Usia >35 tahun atau <20 tahun
2.      Paritas
3.      Riwayat pembedahan rahim
4.      Jarak persalinan yang dekat < 2 tahun
5.      Hipoplasia endometrium
6.      Korpus luteum bereaksi lambat
                        Menurut Sheiner yang dikutip pada buku Norma (2013), faktor resiko lainnya yang berhubungan dengan plasenta previa yaitu:
1.      Terdapat jaringan parut
2.      Riwayat plasenta previa sebelumnya
3.      Tumor-tumor rahim seperti mioma uteri
4.      Kehamilan ganda
5.      Merokok
                        Menurut Sofian (2012), plasenta previa kadang-kadang terjadi pada ibu dengan malnutrisi.
1.      Usia >35 tahun atau <20 tahun
a. Usia < 20 tahun
    Usia aman untuk melahirkan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Plasenta previa terjadi pada umur muda karena endometrium belum sempurna (manuaba, 2008). Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tunbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau menutupi ostium uteri internum. Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik yaitu di tempat yang rendah dekat ostium uteri internum (arnita, 2013)
b. usia >35 tahun
    Prevalensi plasenta previa meningkat 3 kali pada umur ibu > 35 tahun. Plasenta previa dapat terjadi pada umur diatas 35 tahun karena endometrium yang kurang subur dapat meningkatkan kejadian plasenta previa (Manuaba, 2008). Hasil penelitian Wardana (2007) menyatakan peningkatan umur ibu merupakan faktor risiko plasenta previa, karena sklerosis pembuluh darah arteli kecil dan arteriole miometrium menyebabkan aliran darah ke endometrium tidak merata sehingga plasenta tumbuh lebih lebar dengan luas permukaan yang lebih besar, untuk mendapatkan aliran darah yang adekuat.
2.      Paritas
    Menurut manuaba (2008), paritas adalah wanita yang telah melahirkan bayi aterm. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi variabel (hidup) beberapa kali. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan
    Kejadian plasenta previa 3 kali lebih sering pada wanita multipara. Pada multipara plasenta previa disebabkan oleh vaskularisasi yang kurang dan atrofi desidua akibat persalinan masa lampau. Aliran darah ke plasenta tidak cukup sehingga menutupi pembukaan jalan lahir. Pada paritas tinggi, kejadian plasenta previa semakin besar karena keadaan endometrium yang kurang subur (Prawirohardjo, 2006)
3.      Riwayat pembedahan rahim
    Operasi sesarea yang berulang memungkinkan terjadinya komplikasi. Salah satu komplikasi yang potensial adalah plasenta abnormal, salah satunya yaitu plasenta previa. Resiko melahirkan berkali-kali membuat letak plasenta terlalu dekat dengan leher rahim, sehingga jika leher rahim terbuka dapat menyebabkan keguguran dan perdarahan hebat.
    Riwayat persalinan sesarea akan meningkatkan resiko terjadinya plasenta previa yaitu 3,9% lebih tinggi bila dibandingkan dengan angka1,9%untuk keseluruhan populasi obstetrik (Cunningham, 2008)
4.       
2.1.4  Patofisiologi Plasenta Previa
                        Perdarahan antepartumdiasebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada trimester ketiga karena pada saat itu segmen bawah rahim lebih mengalami perubahan karena berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan.
                        Menurut manuaba 2008, implementasi plasenta di segmen bawah rahim dapat disebabkan :
1.      Endomentriumdi fundus uteri belum siap menerima implantasi
2.      Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mampu memberikan nutrisi ke janin.
3.      Vili korealis pada korion leave (korion yang gundul yang persisten.
                        Menurut Davood 2008 sebuah penyebab utama pada perdarahan trimester tiga yaitu plasenta previa yang memiliki tanda khas dengan perdarahan tanpa rasa sakit. perdarahan diperkirakan terjadi dalam hubungan dengan perkembangan segmen bawah rahim (SBR) pada trimester tiga. Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah rahim (SBR) lebih melebar lagi dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah rahim (SBR), pelebaran segmen bawah rahim (SBR) dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa diikuti tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya bewarna merah segar,berlainan dengan darah yang disebabkanoleh solusio plasenta yang bewarna kehitam-hitaman. Sumber perdarahannya ialah sinus uteri yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannya tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah rahim (SBR) untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala tiga dengan plasenta yang letanya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi.

2.1.4  Diagnosa Plasenta Previa
                 Untuk menegakkan diagnosa pasti kejadian plasenta previa. Hal-hal yang harus dilakukan menurut ai yeyeh, dkk. 2010 :
1.      Anamnesa
                 Perdarahan jalan lahir pada kehamilan >22 minggu berlangsung tanpa nyeri, tanpa alasan terutama pada mutigravida. Perdarahan cenderung berulang apada volume yang lebih banyak dari sebelumnya, perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin dalam rahim.
2.      Inspeksi
                 Dapat dilihat pada perdarahan yang keluar pervaginam, banyak, sedikit atau darah beku (stolsel). Bila terjadi perdarahan banyak maka ibu terlihat pucar atau anemis.
3.      Pemeriksaan Fisik
                 Tekanan darah, nadi dan pernapasan dalam batas normal. Bila tekanan darah, nadi dan pernapasan meningkat maka daerah akral menjadi dingin atau tampak anemis.
4.      Pemeriksaan khusus Kebidanan
1)      Palpasi abdomen
     Janian belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan, bagian terendah janin masih tinggi karena plasenta berada pada segmen bawah rahim. Bila cukup pengalaman bisa dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim (SBR) terutama pada ibu yang kurus.
2)      Denyut Jantung janin
     Denyut jantung janin bervariasi dari normal menjadi asfiksia dan kemudian kematian dalam rahim.
3)      Pemeriksaan Inspekulo
       Dengan memakai spekulum secara hati-hati dan dilihat asal perdarahan apak dari segmen bawah rahim atau kelainan serviks, vagina da varises pecah.
4)      Pemeriksaan Penunjang
1.    Sitografi
Mula-mula kandung kemih dikosongkan lalu masukkan 40 cc larutan NaCl 12,5%, kepala janin ditekan ke arah pintu atas panggul (PAP), bila jarak kepala janin dan kandung kemih 1 cm, kemungkinan terdapat plasenta previa.
2.1.5 Komplikasi Plasenta Previa
                     Ada beberapa komplikasi yang bila terjadi pada ibu hamil dengan plasenta previa menurut manuaba 2008, yaitu :
1.      Komplikasi pada ibu
1)   Dapat terjadi anemi bahkan syok
2)   Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh
3)   Infeksi pada perdarahan yang banyak

2.      Komplikasi pada janin
1)   Kelainan letak janin
2)   Prematuritas, morbiditas dan mortalitas yang tinggi
3)   Asfiksia intauterine sampai dengan kematian

2.1.6   Penanganan Plasenta Previa
Menurut Prof. DR. Dr. Sarwono Prawirohardjo. SpOG.2009. jakarta :
1.      Perdarahan dalam trimester dua atau trimester tiga harus dirawat di rumah sakit. Pasien diminta baring dan dikalukan pemeriksaan darah lengkap termasuk golongan darah dan faktor Rh.pada kehamilan 24 minggu sampai 34 minggu diberikan steroid dalam perawatan antenatal untuk perawatan paru janin.
2.      Jika perdarahan terjadi pada trimester dua perlu diwanti-wanti karena perdarahan ulangan biasanya lebih banyak. Jika ada gejala hipovelemik seperti hipotensi, pasien tersebut mungkin mengalami perdarahan yang cukup berat, lenih berat dari pada penampakannya secara klinis. Transfusi darah yang banyak perlu segera diberikan.
3.      Pada kondisi yang terlihat stabil di dalam rawatan di luar rumah sakit, hubungan suami istri dan tumah tangga dihindari kecuali setelah pemeriksaan ultrasonografi ulangan dianjurkan minimal setelah 4 minggu, memperlihatkan ada migrasi plasenta menjauhi ostiun uteri internum (OUI)
4.      Perdarahan dalam trimester tiga perlu pengawasan lebih ketat dengan istirahat baring yang lebih lama dalam rumah sakit dan dalam keadaan yang cukup serius untuk merawatnya sampai melahirkan.
5.      Pada pasien dengan riwayat secsio sesaria perlu diteliti dengan ultrasonografi, color doppler atau MRI untuk melihatkemungkinan adanya plasenta akreta, inkreta atau perkreta.
6.      Secsio sesaria juga dilakukan apabilaada perdarahan banyak yang menghawatirkan
                     Semua pasien dengan perdarahan pervaginam pada trimester tiga dirawat di rumah sakit tanpa periksa dalam. Bila pasien dalam keadaan syok karena perdarahan yang banyak, harus segera perbaiki keadaan umumnya dengan pemberian infus atau transfusi darah.
                     Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung pada keadaan umum pasien, kadar Hb, jumlah perdarahan, umur kehamilan, taksiran janin, jenis plasenta previa dan paritas.
2.1.7   Penanganan Plasenta Previa di RSUD
  Penanganan pada pasien dengan plasenta previa di lingkungan rumah sakit yaitu :
1.      Penanganan Ekspektatif
Kriteria pada penanganan ekspektatif yaitu :
1)      Usia kehamilan <34 minggu
2)      Belum ada tanda-tanda inpartu
3)      Keadaan umum baik
4)      Perdarahan <200 cc
Rencana penanganan ekspektatif :
1)      Istirahat tirah baring
2)      Pemeriksaan darah lengkap
3)      Pemeriksaan USG
4)      Infuse D5% atau elektrolit
5)      Pemberian spasmolitik, kotolitik, raboransia dan plasentrotofik
6)      Observasi perdarahan, tanda-tanda vital dan denyut jantung janin
7)      Transfusi darah jika diperlukan

2.      Penanganan Aktif
Kriteria untuk penanganan aktif yaitu :
1)      Usia kehamilan >34minggu
2)      Perdarahan >200 cc
3)      Keadaanumum ibu dan janin tidak baik
Rencana penanganan aktif yaitu :
1)      Kolaborasi dengan dojter SpOG untuk dilakukan tindakan secsio sesaria

2.2  Konsep Dasar Manajemen Kebidanan
1.    Langkah I     : Pengumpulan Data Dasar (pengkajian)
                        Pengkajian adalah pendekatan seismatis untuk mengumpulkan data dan mengelompokkan data serta menganalisa data sehingga dapat diketahui masalah dan keadaan klien. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan semua sumber yang berkaitan dengan klien.
Data-data yang dikumpilkan meliputi:
1)      Data Subjektif
a.       Biodata (istri dan suami)
        Yang perlu dikaji yaitu : nama, umur, agama, suku, pendidikan, pekerjaan dan alamat. Maksud pertanyaan ini adalah untuk mengidentifikasi pasien.
        Pada klien dengan plasenta previa, pada biodata istri perli diperhatikan usia ibu. Prevalensi plasenta previa meningkat 3 kali pada umur ibu >35 tahun. (manuaba, 2008)
b.      Keluhan Utama
       Keluhan utama merupakan alasan utama klien datang ke rumah sakit dan apa saja yang dirasakan klien. Keluhan pada plasenta previa yaitu perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan bewarna merah segar tanpa alasan dan tanpa rasa sakit. (Alam, Dewi.K. 2012)

c.       Riwayat Perkawinan
       Pada riwayat perkawinan kemungkinan diketahui status perkawinan, umur waktu kawin, berapa lama kawin baru hamil
d.      Riwayat Menstruasi
        Pada riwayat menstruasi yang perlu ditanyakan atau diketahui yaitu menarche (untuk mengetahui usia pertama haid. Usia menarche dipengaruhi oleh keturunan, keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim dan keadaan umum), siklus (untuk mengetahui klien mempunyai siklus normal atau tidak), lamanya (jika lama haid ≥15 hari berarti abnormal dan kemungkinan adanya gangguan yang mempengaruhinya), banyaknya(untuk mengetahui apakah ada gejala kelainan banyaknya darah haid), nyeri haid (untuk mengetahui apakah klien menderita nyeri setiap haid)
e.       Riwayat Obstetrik yang lalu
no
tanggal lahir
usia kehamilan
jenis persalinan
tempat persalinan
komplikasi
penolong
bayi
nifas
ibu
bayi
pb/bb/jk
keadaan
lochea
laktasi












Pada riwayat obstetri yang lalu perlu dikaji pada kasus plasenta previa yaitu riwayat operasi rahim atau memiliki kelainan rahim, riwayat kehamilan kembar (alam, 2012) dan riwayat plasenta previa sebelumnya (http://bidanku.com/kehamilan-dengan-plasenta-previa diakses pada 10 november 2013)
f.       Riwayat kehamilan sekarang
Kemungkinan klien merasa mual, muntah serta perdarahan, kapan pergerakan janin pertama kali dirasakan. Apakah ibu telah melakukan kunjungan antenatal dengan tenaga kesehatan, ibu mendapat imunisasi TT dan belum ada tanda-tanda persalinan.
Pada klien dengan plasenta previa terjadiperdarahan bewarna merah segar pada TM III, perdarahan sedikit dan sesekali mungkin terjadi pada TM I dan TM II.perdarahan biasanya tidak disertasi rasa sakit walaupun kram rahim pada beberapa wanita. Sebagian wanita tidak mengalami perdarahan sama sekali (http://majalahkesehatan.com/plasenta-previa-bila-plasenta-menutupi-jalan-lahir diakses pada tanggal 10 november 2013)
g.      Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang lalu : kemungkinan klien pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, DM, dan mengalami operasi dinding rahim.
Pada kasus plasenta previa, salah satu faktor penyebab terjadinya plasenta previa yaitu riwayat pembedahan rahim (cunningham, 2008)
h.      Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan ada anggota keluarga yang menderita penyakit turunan, penyakit menular, riwayat kehamilan kembar atau riwayat kehamilan postterm
Pada klien dengan plasenta previa, salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya plasenta previa yaitu kehamilan kembar
i.        Riwayat kontrasepsi
Untuk mengetahui apakah klien sudah pernah atau belum menggunakan alat kontrasepsi
j.        Riwayat seksualitas
Untuk mengetahui apakah ibu mengalami masalah selama berhubungan atau tidak
Pada kasus plaenta previa, berhubungan seks dapat memicu perdarahan yang dapat membahayakan jiwa ibu dan janinya. Jangankan berhubungan seks, tidak berhubungan pun perdarahan bisa mungkin terjadi. Itulah mengapa jika ada gangguan plasenta previa hubungan seks dilarang dilakukan sampai dokter mengizinkan setelah sebelumnya melakukan pemeriksaan menyeluruh (http:/female.kompas.com/read/2011/05/20/10330768/ diakses pada tanggal 1 november 2013).
k.      Riwayat sosial, ekonomi dan budaya
Kemungkinan hubungan klien dengan suami, keluarga dan masyarakat baik, kemungkinan ekonomi yang kurang mencukupi, adanya kebudayaan klien yang mempengaruhi kehamilan dan persalinan
l.        Riwayat spiritual
Kemungkinan klien melakukan ibadah agama dan kepercayaan dengan baik
m.    Riwayat psikologi
Kemungkinan adanya tanggapan klien dan keluarga dengan baik terhadap kehamilan dan persalinan. Kemungkinan klien dan suami mengharapkan dan senang dengan kehamilan ini atau kemungkinan klien cemas dan gelisah dengan kehamilannya.
Pada klien dengan plasenta previa, secara psikologis klien mengalami kekhawatiran serta kecemasan tentang kelangsungan bayi di dalam kandungannya saat harus menjalani bedrest (http:bidanku.com/kondisi-psikologi-saat-bed-rest diakses pada tanggal 10 november 2013)
n.      Kebutuhan dasar
Kemingkinan pemenuhan kebutuhan bio-psiko yang meliputi pemenuhan nutrisi, proses eliminasi, aktifitas sehati-hari, istirahat, personal hygien, kebiasaan-kebiasaan yang mempengaruhi saat hamil dan bersalin

2)      Data Objektif
Dapat dikumpulkan melalui pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus :
a.       Pemeriksaan umum
Pada klien dengan plasenta previa, dapat dijumpai tenakan darah, nadi dan pernapasan dalam batas normal, tekanan darah turun, nadi dan pernapasan meningkat, dan daerah ujung menjadi dingin, serta tampak anemis (norma, dkk. 2013)
b.      Pemeriksaan khusus
1.    Secara inspeksi
secara inspeksi yaitu pemeriksaan pandang yang dimulai dari kepala sampai kaki. Yang dinilai pada inspeksi yaitu kemungkinan bentuk tubuh yang normal, kebersihan kulit rambut, muka, konjungtiva, sklera, hidung, telinga, mulut, leher, payudara, abdomen, genitalia dan ekstremitas.
Pada klien dengan plasenta previa, yang perlu dikaji pada pemeriksaan inspeksi yaitu :
a) Mata              :conjungtiva terlihat pucat dan anemis
hal ini disebabkan oleh perdarahan yang banyak (sofian, 2012)
b) Genitalia        : perdarahan pervagianam yang keluar banyak, sedikit, darah beku dan sebagainya (sofian, 2012)
2.    Secara palpasi
Pada klien dengan plasenta previa, hasil pemeriksaan palpasi abdomen yang didapat yaitu :
a) Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
b)   Sering dijumpai kesalahan letak janin
c)    Bila cukup pengalaman (ahli), dapat dirasakan suatu bantalanpada segmen bawah rahim, terutama pada ibu yang kurus
d)   Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala, biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau di atas pintu atas panggul (sofian,2012)
3.    Secara auskultasi
Secara auskultasi, kemungkinan dapat terdengar bunyi jantung janin, frekuensinya teratur atau tidak.
Pada klien dengan plasenta previa, denyut jantung janin dapat bervariasi dari normal sampai asfiksia dan kematian dalam rahim (norma, dkk. 2013).
4.    Pemeriksaan inspekulo
Pada klien dengan plasenta previa, pemeriksaan inspekulo dilakukan untuk memastikan apakah perdarahan berasal dari segmen bawah rahim atau kelainan serviks, vagina dan varises pecah (yeyeh, 2010).
5.    Pemeriksaan dalam
Pada kasus plasenta previa, pemeriksaan dalam adalah senjatayang paling ampuh di bidang obstetrik untuk mendiagnosa plasenta previa. Walaupun ampuh, namun harus berhati-hati karena bahaya yang besar (sofian, 2013)
Pemeriksaan dalam dilakukan hanya di atas meja operasi dan siap untuk mengambil tindakan. Hasil pemeriksaan dalam teraba plasenta di sekitar ostium uteri internum (norma, dkk. 2013)
c.       Pemeriksaan radio-isotop
1.     Plasentografi jaringan lunak
 yaitu membuat foto dengan sinar rontgen lemah untuk mencoba melokalisir plasenta. Hasil foto dibaca oleh ahli radiologi yang berpengalaman.
2.     Sitografi
yaitu mula-mula kandung kemih dikosongkan, lalu masukkan 40 cc larutan NaCl 12,5%, kepala janin ditekan ke arah pintu atas panggul, lalu dibuat foto. Bila jarak kepala dan kandung kemih berselisih 1 cm, makaterdapat kemungkinan plasenta previa.
3.    Plasentografi Indirek
yaitu membuat foto seri lateral dan anteroposterior yaitu ibu dalam posisi berdiri atau duduk setengah berdiri. Lalu foto dibaca oleh ahli radiologi berpengalaman dengan cara menghitung jarak antara kepala-simpisis dan kepala-promontorium.
4.    Arteriografi
yaitu dengan memasukkan zat kontras ke dalam arteri femoralis. Karena plasenta sangat kaya akan pembuluh darah, maka ia akan banyak menyerap zat kontras, ini akan jelas terlihat pada foto dan juga lokasinya.
5.    Amniografi
dengan memasukkan zat kontras ke dalam rongga amnion, lalu bibuat foto dan dilihat dimana terdapat daerah kososng (diluar janin) dalam rongga rahim
6.    Radioisotop
yaitu dengan menyuntikkan zat radio aktif, biasanya RISA (radioiodinated serum albumin) secara intravena, lalu diikuti dengan detektor GMC (sofian, 2012)
d.      Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien dengan plasenta previa yaitu :
1. Ultrasonografi (USG)   : pemeriksaan dilakukan untu penentuan lokasi plasenta dan tidak menimbulkan bahaya radiasi pada janin(sofian, 2012)
2. Kardiokotografi (KTG)            : dilakukan pada kehamilan >28 minggu
3. Labolatorium                 : darah perifer lengkap. Bila akan dilakukan operasi, perlu diperiksa faktor pembekuan darah, waktu perdarahan dan gula darah sewaktu. Pemeriksaan hanya dilakukan atas indikasi medis (norma, dkk. 2013)

2.    Langkah II : intepretasi data
a.       Diagnosa kehamilan
Ibu G...P...A...H... usia kehamilan di atas 22 minggu, janin hidup/mati, tunggal/multi, intrauterine, presentasi janin, KU ibu dan janin dengan plasenta previa totalis
Dasar :
1.      Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke....
2.      Ibu mengatakan HPHT ....
3.      DJJ....
4.      Pada pemeriksaan palpasi teraba 2 bagian besar janin dan DJJ terdengan pada satu sisi atau pada pemeriksaan palpasi teraba lebih dari 2 bagian besar janin dan DJJ terdengan pada 2 sisi
5.      Pada pemeriksaan palpasi ibu tidak merasa nyeri
6.      Tanda- tanda vital
TD  : .... mmHg                  P : ... x/menit
N    : ... x/menit                  S : ... x/menit
DJJ : ... x/menit
7.      Pada hasil pemeriksaan labolatarium USG plasenta tertanam pada ostium uteri internum
b.      Masalah
kemungkinan masalah yang timbul pada klien dengan plasenta previa adalah kesemasan
c.       Kebutuhan
kebutuhan yang diperlukan pada klien dengan plasenta previa yaitu dukungan psikologis, hidrasi, pengosongan kandung kemih, defiksasi dan rasa nyaman

3.    Langkah III : diagnosa atau dan masalah potensial
kemungkinan diagnosa potensial yang akan timbul yaitu :
a.       Pada ibu
1)      Anemi
2)      Perdarahan hingga syok hipovolemik (norma, dkk. 2013)
3)      Infeksi
4)      Inersia primer
5)      Prolaps tali pusat
6)      Prolaps plasenta
7)      Plasenta melekat, sehinggaharus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan dengan korekan
8)      Robekan jalan lahir karena tindakan
9)      Perdarahan postpartum (sofian, 2012)
b.      Pada janin
1)      Kelainan letak janin
2)      Bayi premaur atau lahir mati (sofian, 2012)
3)      Asfiksia (norma, dkk. 2013)

4.    Langkah IV: tindakan segera
a.       Jika klien terdeteksi dengan plasenta previa, segera lakukan kolaborasi dengan dokter spesial obgyn untuk dilakukan tindakan.
5.    Langkah V : intervensi
Perencanaan tindakan penanganan pada pasien dengan plasenta previa :
a.       Beritahu ibu hasil pemeriksaan
b.      Beri dukungan psikologis pada ibu
c.       Anjurkan ibu istirahat bedrest (tirah baring)
d.      Penuhi kebutuhan hidrasi dan nutrisi ibu
e.       Penuhi kebutuhan personal hygien ibu
f.       Atur cairan infus dan drip adona 1ampul
g.      Lakukan observasi TTV, perdarahan dan DJJ
h.      Berikan terapi sesuai anjuran dokter spesialis obgyn
i.        Anjurkan keluarga untuk menyiapkan golongan darah A sebanyak 2 kantong

6.    Langkah VI : implementasi
a.       Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
b.      Memberi dukungan psikologis pada ibu
c.       Menganjurkan ibu istirahat bedrest (tirah baring)
d.      Memenuhi kebutuhan hidrasi dan nutrisi ibu
e.       Memenuhi kebutuhan personal hygien ibu
f.       Mengatur cairan infus dan drip adona 1 ampul
g.      Melakukan observasi TTV, perdarahan dan DJJ
h.      Memberikan terapi sesuai anjuran dokter spesialis obgyn
i.        Menganjurkan keluarga untuk menyiapkan golongan darah A sebanyak 2 kantong

7.    Langkah VII : evaluasi
evaluasi adalah hal terakhir yang dilakukan dari proses asuhan kebidanan dengan plasenta previa. Kemungkinan hasil evaluasi yang ditemukan :
a.       Tercapainya seluruh perencanaan tindakan
b.      Tercapainya sevagian dari perencanaan tindakan

8.    Konsep dasar soap
a.       S (subjektif)
data subjektif berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya akan berhubungan langsung dengan diagnosis.
b.      O (objektif)
merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan labolatorium/pemeriksaan diagnostik. Catatan medik dapat dimasukkan dalam data objektif sebagai data penunjang.
c.       A (asessment)
merupakan pendokumentasian analisis dan intepretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Analisis data adalah melakukan intepretasi data yang telah dikumpulkan mencakup diagnosis, diagnosis masalah potensial serta perlunya natisipasi diagnosa/masalah potensial dan tindakan segera.
d.      P (planning)
membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan intepretasi data. Rencana asuhan bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraan.




DAFTAR PUSTAKA

Maryunani, Anik, dkk, 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kehamilan. Jakarta : Trans Info Media
Nugroho, Taufan, 2011. Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika
Mose,dkk 2012. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Patologi, Edisi 3. Jakarta : EGC
Sofiian, A, 2011.  Sipnosis Obstetri, Edisi 3, Jilid 1. Jakarta : EGC
Sofiian, A, 2011.  Sipnosis Obstetri, Edisi 3, Jilid 2. Jakarta : EGC
Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi. Jakarta : Trans Info Media
Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. 2007. Buku Pengantar Obtetri. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. 2008. Buku Pengantar Obtetri. Jakarta : EGC
Norma, Nita, dkk, 2013. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan Tinjauan Kasus. Yogyakarta : Nuha Medika
Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2011. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Rachmaningtyas, Ayu 2013, Data SDKI 2012 Angka Kematian Ibu Melonjak, diakses pada tanggal 10 November 2013, http://nasional.sindonews.com/read/2013/09/25/15/787480/data-sdki-2012-angka-kematian-ibu-melonjak
Progestian, Prima 2012, Penyebab Infertilitas/Ketidaksuburan Pada Wanita  diakses pada tanggal 12 November2013, http://drprima.com/kandungan/penyebab-infertilitasketidaksuburan-pada-wanita.html
Ayah Bunda, 2012, Plasenta Previa Dalam Kehamilan diakses pada tanggal 12 november 2013, http://ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/placenta.previa.pada.kehamilan/001/001/642/1/4 
Antar Sumbar, 2013, Kematian Ibu dan Bayi Sumbar Jauh dari Target MDGs diakses pada tanggal 15 November 2013, http://www.antarasumbar.com/berita/pariaman/d/6/291693/kematian-ibu-dan-bayi-sumbar-jauh-dari-target-mdgs.html
Rachmaningtyas, Ayu 2013, Data SDKI 2012 Angka Kematian Ibu Melonjak, diakses pada tanggal 15 November 2013, http://nasional.sindonews.com/read/2013/09/25/15/787480/data-sdki-2012-angka-kematian-ibu-melonjak
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar